HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA
Keywords:
stunting, Pengetahuan ibu, Kalimantan SelatanAbstract
Latar belakang : Stunting adalah suatu kondisi dimana tinggi badan anak tidak sesuai dengan usianya karena masalah gizi kronis yaitu kurangnya asupan makanan yang berkepanjangan.1 Prevalensi balita pendek di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 24,4%, meskipun angka tersebut mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya, prevalensi kejadian stunting di Indonesia masih berada diatas standar yang ditetapkan WHO yaitu sebesar 20%. Angka kejadian stunting di Kalimantan Selatan terbilang cukup tinggi, Kalimantan Selatan menempati urutan ke-6 tertinggi secara nasional dengan kasus mencapai 30% dan salah satu kabupaten dengan prevalensi kejadian stunting yang cukup tinggi adalah Kabupaten Banjar sebesar 20%.2
Tujuan: Mengetahui hubungan pengetahuan ibu terhadap kejadian stunting pada balita
Metode: Data yang digunakan bersumber dari data primer dan sekunder. Data sekunder diperoleh dari data Balita Desa Keliling Benteng Ulu dan data primer diperoleh berdasarkan lembar kuesioner yang diisi oleh responden melalui tahap wawancara terpimpin.
Hasil: Pengetahuan orang tua menjadi salah satu faktor risiko kejadian stunting dikarenakan Pengetahuan orang tua dapat membantu memperbaiki status gizi pada anak untuk mencapai kematangan pertumbuhan.
Pembahasan: Banyak faktor yang mempengaruhi stunting, diantaranya adalah panjang badan lahir, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan dan tinggi badan orang tua.3 Pengetahuan orang tua menjadi salah satu faktor risiko kejadian stunting dikarenakan Pengetahuan orang tua dapat membantu memperbaiki status gizi pada anak untuk mencapai kematangan pertumbuhan.4Stunting tidak dapat kita anggap sebagai masalah yang sepele, stunting bukan hanya masalah keterlambatan perkembangan fisik, tetapi juga membuat anak mudah sakit dan terjadi gangguan perkembangan pada otak serta kecerdasan anak yang merupakan ancaman serius bagi kualitas sumber daya manusia di Indonesia.1 Menurut WHO, dalam jangka pendek, stunting dapat menyebabkan peningkatan kejadian kesakitan dan kematian, tidak optimalnya perkembangan kognitif atau kecerdasan, motorik, dan verbal, serta peningkatan biaya kesehatan. Dampak jangka panjang dari stunting yaitu postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa, peningkatan risiko obesitas dan penyakit degeneratif lainnya, menurunnya kesehatan reproduksi, tidak optimalnya kapasitas belajar dan performa saat masa sekolah, dan tidak maksimalnya produktivitas dan kapasitas kerja. Anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang tidak maksimal akibat stunting pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan, dan memperlebar ketimpangan di suatu negara.5
Simpulan: Pengetahuan ibu sebagai pengasuh balita memiliki hubungan terhadap kejadian stunting. Solusi yang dibutuhkan untuk mengatasi stunting diantaranya melalui intervensi gizi spesifik pada sasaran 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak sampai berusia 6 tahun, yang mana program kerja ini memerlukan koordinasi antara pihak terkait dan orang tua anak agar terlaksana.6